Langsung ke konten utama

Tentang Suku Osing


Desa Kemiren adalah Desa Wisata di Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Ada wisata kesenian, kuliner, festival, penginapan dan lain sebagainya. Konsep ekonomi yang dijalankan oleh masyarakat Desa Kemiren adalah partisipasi publik. Badan usaha sepenuhnya dikelola oleh masyarakat. Harapannya, hasil keuntungan dari usaha ini bisa meningkatkan pemerataan kesejahteraan masyarakat.

Menariknya, di Desa Kemiren ada Suku Osing yang terus merawat dan melestarikan tradisinya di tengah arus Globalisasi ini. Dengan keberhasilan Desa Kemiren sebagai Desa Wisata, hal ini membuktikan bahwa masyarakat mampu sejahtera, dengan terus menjaga tradisi lokal. Bahkan, keberhasilan ini mampu mengubah pandangan terhadap Banyuwangi yang dikenal sebagai “The Santet of Java” menjadi“The Sunrise of Java.

Keberhasilan ini tak luput dari unsur sejarah, budaya, hukum, keyakinan dan kesenian dari Suku Osing. Arus globalisasi yang deras dihadapi Suku Osing dengan prinsip keseimbangan antara individu, masyarakat dan alam. Suku osing menyaring arus globalisasi seperti wisata dan pembangunan, lalu dikembangkan dengan nilai-nila tradisi Suku Osing. Mereka terus mempertahankan dan menaati hukum lokal. Keberadaan hukum lokal tidak sekedar tertulis di dalam kitab undang-undang, tapi tertanam dalam benar masing-masing individu.

Ritual yang terus dirawat oleh Suku osing seperti nyekar, ider bumi, rebo wekasan, slametan niliki sawah, sesaji pitik pekekeng, labuh tandur, serta ngrujaki wiwit. Ada juga Bersih Desa yang dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat-Nya. Dengan mempertahankan ritual, seni dan tradisi ini, seni dan budaya Banyuwangi asli tak tersisih oleh seni dan budaya yang datang dari luar banyuwangi. Lebih penting lagi, kearifan lokal Suku Osing mampu menjadi landasan yang kuat untuk melawan eksploitasi sumber daya alam serta perusakan lingkungan.

Pada akhirnya, keberhasilan Desa Kemiren menjadi Desa Wisata ini perlu terus dijaga dan dikembagkan lagi. Hal ini dikarenakan derasnya arus Globalisasi dan kepentingan modal tak bisa dihindari oleh masyarakat Desa Kemiren. Para pengusaha luar tentu mengincar potensi Banyuwangi. Melihat upaya mereka yang kini mulai membuat usaha tandingan untuk melawan konsep partisipasi publik di Desa Kemiren. Jika hal ini tak diperhatikan, nilai-nilai tradisi lokal akan pudar dan pemerataan kesejahteraan tak bisa tercapai.

Tak bisa dipungkiri lagi, Pemerintah harus berpihak kepada masyarakat. Akademisi juga harus memiliki sikap yang jelas dalam menggunakan keilmuannya untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat. Kita semua perlu meneladani falsafah hidup dari Suku Osing: “Cawisa ilmu kang becik, gawea panutan budi luhur, yang artinya “berikanlah ilmu yang berguna, jadilah contoh yang baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Lain Ibu Pedagang

Malam itu malam yang sebenarnya tak ingin kulalui dengan hal yang merepotkan. Maksudku, jalan-jalan malam, dan ngopi, di sekitar Yogyakarta. Selepas acara, mereka mengajakku, awalnya aku tidak ingin ikut, malas tentunya, tapi aku lupa kenapa tiba-tiba aku ikut. Tempatnya tak jauh, tinggal jalan lurus kea rah timur, lalu sampai, di alun-alun.

Memungkinkan Gerakan Bersama Melawan Pembungkaman Kebebasan Pers

World Pers Freedom Day, Malang 3 Mei 2019 Melihat kekerasan terhadap wartawan dari tahun ke tahun begitu mencemaskan. Aliansi JurnalisIndependen (AJI) mencatat ada 81 kasus di tahun 2016, 66 kasus di tahun 2017, 64 kasus di tahun 2018. Entah berapa nanti jumlah kasus di tahun 2019, yang pasti selama januari sampai juni 2019, AJI mencatat ada 10 kasus kekerasan terhadap wartawan. Tentu kecemasan ini tidak dilihat dari jumlah kasusnya yang menurun, tapi dari tiadanya upaya yang konkrit dari pemerintah untuk mencegah dan menyelesaikan kasus kekerasan terhadap wartawan.

Tulisan Kematianku

Aku akan menulis tentang kematianku. Aku mati di depan kampusku, di pagi hari pukul tujuh lewat 40 detik, tanggal dua november 2019. Ketika menyeberang di jalan, aku ditabrak dan dilindas truk dua kali. Yang pertama ban depan, lalu disusul ban belakang. Sebagian isi perutku keluar. Tentu bersama darah yang tumpah jalan. Saking terkejutnya, bola mataku melotot seperti mau keluar. Yang kulihat waktu itu hanyalah truk yang terus semakin menjauh dariku. Lalu semua menjadi gelap.