Langsung ke konten utama

Tukang Pukul

sumber: suakaonline.com "Geramnya-Melihat Polisi yang Suka Main Pukul"

Di jaman ini, penjaga keamanan jadi tukang pukul
Polisi jadi tukang pukul
Negara memelihara tukang pukul
Negara melindungi tukang pukul
Masyarakat membayar tukang pukul
Masyarakat kena pukul

Katanya, tukang pukul itu cuma melaksanakan tugas
Tukang pukul butuh uang
Tukang pukul juga butuh makan
Kalau mau makan, harus memukul
Kalau gak mau dipukul, ya harus memukul

Loh, gimana to? Yang harus dipukul itu keinginan untuk memukul
Yang harus dipukul itu hukum yang melindungi tukang pukul
Bukan malah mukul masyarakat, yang harusnya dilindungi
Daripada saling pukul, kan lebih enak saling rangkul



*Puisi ini pertama kali diterbitkan di Buku Antologi Puisi "Sejuta Kata Kita" oleh Lembaga Pers Mahasiswa Solid, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Lain Ibu Pedagang

Malam itu malam yang sebenarnya tak ingin kulalui dengan hal yang merepotkan. Maksudku, jalan-jalan malam, dan ngopi, di sekitar Yogyakarta. Selepas acara, mereka mengajakku, awalnya aku tidak ingin ikut, malas tentunya, tapi aku lupa kenapa tiba-tiba aku ikut. Tempatnya tak jauh, tinggal jalan lurus kea rah timur, lalu sampai, di alun-alun.

Pertanyaan tentang Tulisan

Apakah tulisan yang bagus itu adalah cerita yang ditulis dengan serius? Seperti apa kriteria tulisan yang bagus itu? Bagaimana jika ada sebuah tulisan yang ditulis dengan tanpa serius sama sekali, tapi itu bagus ketika dibaca? Ya, pada akhirnya tergantung apa yang ia tulis, kan? Bagus atau tidaknya itu tergantung memakai pandangan siapa.

Sajak-Sajak Minoritas

Di Masjid yang kau hancurkan Foto: Fatikh Sepotong inspirasi terlukis di dalam hati. Ia menuntun kami ke narasi lain jalan hidup ini. Membentuk cerita-cerita baru untuk kisah-kisah besar yang lama. Hanya narasi lain saja. Kami tetap berpegang teguh pada keyakinan yang Esa. Tetap menjalin harmoni tanpa kekerasan. Menolong sesama, dengan nurani sebagai obatnya. Narasi lain itu berasal dari ketekunan asketis menahan nafsu, membaca buku, dalam sunyi. Lalu kami meneguhkan hati untuk mencintai semuanya, dan tidak membenci siapapun. Love for all, hatred for none .