Langsung ke konten utama

Pengedar Narkoba


Dalam sebuah mimpi buruk, aku mengantar seorang pengedar narkoba dengan motorku. Katanya dia ingin pergi dari naskah drama horor yang monoton. Tiap malam ia selalu dikejar-kejar hantu. dan malam ini aku mengantarnya pergi, entah ke mana, pokoknya bebas dari kejaran hantu itu. Setelah kami jauh dari hantu itu, pengedar narkoba itu memberiku surat. aku membacanya, dan itu adalah puisi.

Kalimat pembukanya tertulis: "Kamu sepertinya lagi suka olahraga dan berjuang keras. Kuharap kamu gak maksain diri. Mamam teratur. Bubu yang cukup. Kalau capek, istirahat. Jangan dipaksa. Ukaii? Dariku :3" Lalu isi puisinya seperti ini:

Hai
Tubuhmu kecil
Aku masih ingat cara dudukmu
Kamu begitu mungil
Aku masih ingat senyumanmu
Kamu memang tidak sempurna
Begitu pula denganku
Kamu memang tidak yakin antara
“tidak” atau “iya”
Tapi begitu pula denganku
Lihatlah aku, coba dengar aku
Apapun yang kamu pikirkan tentang dirimu
Aku menyayangimu
Aku bangga padamu
Kamu tidak begitu tahu kehebatanmu
Tapi aku tahu
Kamu tidak begitu peduli pandangan orang
terhadapmu
Haha, ini hanya asumsiku
Hey, lihatlah aku coba dengar aku
Kamu orang hebat di mataku
Kamu pekerja keras dan aku suka itu
Kamu menakjubkan kuharap kamu tahu itu
Aku sayang padamu
Kuharap kamu juga sayang pada dirimu
Jangan lupa mamam dan bubu
Olahraga juga kalau kamu mau :)


Pengedar narkoba itu adalah seorang perempuan. Ia begitu misterius, ada goresan-goresan luka di tangannya. Tatapan matanya memancarkan keresahan dan ketenangan. Aku dibuatnya semakin bingung. Sepertinya surat yang diberikan kepadakau ini bertujuan untuk mengalihkan pandanganku tentang dirinya yang misterius. Mungkin dia ingin mengatakan kalau dia tidak misterius, dia normal seperti perempuan-perempuan lainnya.Tapi, bagiku surat itu malah membuatnya menjadi semakin misterius.

Di malam berikutnya dia tidak ingin pergi dari hantu yang mengejarnya. katanya, hantu itu sudah menjadi baik. kemudian hantu itu mendatangi kami dan berbaikan dengan kami. Perempuan itu mungkin sudah merasa bebas, tapi dia tetap ingin pergi dari naskah drama horor yang monoton. Ia ingin menjadi tokoh di naskah drama romantis. Bersamaku. Lalu aku naik motor lagi bersamanya, mengantarnya pulang ke rumah. Aku ingin mengamati dan memahaminya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Lain Ibu Pedagang

Malam itu malam yang sebenarnya tak ingin kulalui dengan hal yang merepotkan. Maksudku, jalan-jalan malam, dan ngopi, di sekitar Yogyakarta. Selepas acara, mereka mengajakku, awalnya aku tidak ingin ikut, malas tentunya, tapi aku lupa kenapa tiba-tiba aku ikut. Tempatnya tak jauh, tinggal jalan lurus kea rah timur, lalu sampai, di alun-alun.

Memungkinkan Gerakan Bersama Melawan Pembungkaman Kebebasan Pers

World Pers Freedom Day, Malang 3 Mei 2019 Melihat kekerasan terhadap wartawan dari tahun ke tahun begitu mencemaskan. Aliansi JurnalisIndependen (AJI) mencatat ada 81 kasus di tahun 2016, 66 kasus di tahun 2017, 64 kasus di tahun 2018. Entah berapa nanti jumlah kasus di tahun 2019, yang pasti selama januari sampai juni 2019, AJI mencatat ada 10 kasus kekerasan terhadap wartawan. Tentu kecemasan ini tidak dilihat dari jumlah kasusnya yang menurun, tapi dari tiadanya upaya yang konkrit dari pemerintah untuk mencegah dan menyelesaikan kasus kekerasan terhadap wartawan.

Tulisan Kematianku

Aku akan menulis tentang kematianku. Aku mati di depan kampusku, di pagi hari pukul tujuh lewat 40 detik, tanggal dua november 2019. Ketika menyeberang di jalan, aku ditabrak dan dilindas truk dua kali. Yang pertama ban depan, lalu disusul ban belakang. Sebagian isi perutku keluar. Tentu bersama darah yang tumpah jalan. Saking terkejutnya, bola mataku melotot seperti mau keluar. Yang kulihat waktu itu hanyalah truk yang terus semakin menjauh dariku. Lalu semua menjadi gelap.