Membaca tulisanmu membuatku lebih mengenali diriku yang
sendiri dan sepi.
Aku merasa lebih mengenali diriku yang dingin serta diriku
yang penuh nafsu.
Kau membuatku meratapi sendiri dan sepiku. Kau juga
membuatku menratapi kesedihanmu yang memahamiku.
Kau membuat diriku yang dingin ini berpikir tentang dirinya,
apa yang terjadi, apa yang harus dilakukannya?
Kau juga membuat diriku yang penuh nafsu ini melakukan
hal-hal yang diinginkannya dengan liar, untuk sebuah kepuasan, mungkin juga
hasrat dan kejujuran, dengan sedikit memahami perasaanmu yang sedih.
Kau membuat diriku yang dingin ini berbicara kepada diriku
yang penuh nafsu. Kau membuatku ingin belajar menyayangimu.
Tapi diriku yang dingin tak bisa belajar menyayangimu. Ia
selalu pergi kemanapun ia ingin (ataupun yang tak diinginkannya).
Lalu diriku yang penuh nafsulah yang pertama kali
menyadarkanku untuk belajar menyayangimu. Diriku yang penuh nafsu cemburu
ketika kau ingin menjadi heroin untuk dia yang lain.
Diriku yang nafsu cemburu, marah, sedih. Tapi tidak dengan
diriku yang dingin, ia mencoba merasa bahwa dia tidak merasakan apa-apa. Dia
ingin pergi dari apa yang dia rasakan. Dia ingin pergi ke suatu tempat yang
mungkin dia inginkan. Bahkan dia berpikir kalau kepergiannya adalah sesuatu
yang baik untukmu.
Dalam kepergiannya, ia kembali berpikir, ia juga gelisah.
Apa yang terjadi, apa yang harus dilakukannya? Lalu dia berbicara lagi dengan
diriku yang penuh nafsu. Dia sadar, mungkin beginilah caramu supaya aku belajar
menyayangimu.
Jika aku tidak menyayangimu, kau akan pergi. Entah kau akan
menyayangi yang dia yang lain, atau pergi sendiri. Seperti kehidupan. Jika aku
tidak ingin menginginkan makna kegidupan, sesuatu yang penting akan pergi,
hilang, mati, selamanya.
Apakah kau masih merasa tersiksa atas keadaan ini? Kurasa
aku mulai mengerti. Karena aku juga merasa tersiksa.
Bahkan ketika kita telah berjanji untuk saling menjaga hati,
kita telah menertawakan semua itu, menangisinya bersama dan saling marah, aku
tetap merasa tersiksa. Kau, masih menyayanginya kan? Kau masih nyaman dengannya
kan? Dan mungkin ada hal lain yang akan membuatku tersiksa nanti.
Kau akan sangat tersiksa jika aku terus menanyakannya. Maka
aku akan diam. Aku hanya bisa percaya bahwa kau menyayangiku, bahwa kau
memilihku.
Aku akan terus belajar menyayangimu. Tapi aku akan diam di
satu hal. Aku akan diam, menyembunyikan sesuatu. Yaitu, cara mencintaimu.
Kau sudah memahamiku, kita sudah berjanji untuk menjaga
hati, tapi ada cinta dalam diam dariku untukmu. Apakah ini sesuatu yang indah?
Entahlah.
Aku akan terus menyayangimu dan terus pergi darimu. Seperti
hidup, aku akan terus menginginkan makna kehidupan dan terus tidak
menginginkannya. Aku akan menerimamu seperti aku menerima kehidupan dan
kematian.
Aku berpikir kalau mati nanti, aku akan kehilangan diriku,
dirimu, makna dan yang lainnya. Yang bisa kulakukan selama hidup adalah
memahami diriku, mencari makna, dan menyayangimu.
Kau perlu menjadi kuat, kau perlu menghadapi dirimu dan
kehidupan (yang sepertinya tak adil) ini. Tapi kau tak perlu berlelah-lelahan
untuk menjadi heroinku. Kau sudah meracuniku, sayang. Peganglah tanganku atau
peluk aku sebelum aku mati. Dan aku juga akan melakukannya, karena hanya itu
yang bisa kulakukan untukmu.
Inilah perasaanku yang bisa aku bagi kepadamu. Kau adalah
kehidupan, kau adalah kematian. Aku mencintaimu.
Komentar
Posting Komentar