Langsung ke konten utama

Ia

Ali tidur di Perpustakaan Sama Rasa, Rusun Puspa Agro, Jemundo, Sidoarjo 

Harinya tak seperti hari-hari yang dulu
Sekarang ia harus tidur di dalam tembok bertingkat
Bersama keluarganya, ia harus bertahan
Tapi ia tidak ingin terbiasa dengan keadaan
Karena kedaimaian di kampung halaman masih ia rindukan
Jiwa yang dibuang itu ingin kembali pulang

Pagi menjadi siang, sore menjadi malam, tak pernah sebaliknya
Teman baru datang, menemani tawa dan sedihnya
Ada yang menemaninya sebentar, ada yang lama

Ia tak ingin kehilangan teman baru,
Ia ingin mempunyai teman yang banyak
Karena negara telah membuatnya kesepian

Lalu ia bercerita kepada teman baru tentang kisahnya
Dalam ceritanya ia bertanya, mengapa orang-orang itu membencinya?
Mengapa orang-orang itu membakar rumahnya?
Mengapa negara tak melindunginya?
Mengapa negara malah mengasingkannya?
Di mana sang garuda ketika anaknya terluka? Matikah ia?

UKM, pukul 13.15 siang
Cerita dari Rusun Puspa Agro

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Lain Ibu Pedagang

Malam itu malam yang sebenarnya tak ingin kulalui dengan hal yang merepotkan. Maksudku, jalan-jalan malam, dan ngopi, di sekitar Yogyakarta. Selepas acara, mereka mengajakku, awalnya aku tidak ingin ikut, malas tentunya, tapi aku lupa kenapa tiba-tiba aku ikut. Tempatnya tak jauh, tinggal jalan lurus kea rah timur, lalu sampai, di alun-alun.

Pertanyaan tentang Tulisan

Apakah tulisan yang bagus itu adalah cerita yang ditulis dengan serius? Seperti apa kriteria tulisan yang bagus itu? Bagaimana jika ada sebuah tulisan yang ditulis dengan tanpa serius sama sekali, tapi itu bagus ketika dibaca? Ya, pada akhirnya tergantung apa yang ia tulis, kan? Bagus atau tidaknya itu tergantung memakai pandangan siapa.

Sajak-Sajak Minoritas

Di Masjid yang kau hancurkan Foto: Fatikh Sepotong inspirasi terlukis di dalam hati. Ia menuntun kami ke narasi lain jalan hidup ini. Membentuk cerita-cerita baru untuk kisah-kisah besar yang lama. Hanya narasi lain saja. Kami tetap berpegang teguh pada keyakinan yang Esa. Tetap menjalin harmoni tanpa kekerasan. Menolong sesama, dengan nurani sebagai obatnya. Narasi lain itu berasal dari ketekunan asketis menahan nafsu, membaca buku, dalam sunyi. Lalu kami meneguhkan hati untuk mencintai semuanya, dan tidak membenci siapapun. Love for all, hatred for none .