Langsung ke konten utama

Kuburanku

Ulquiorra

Keringatku tak keluar
Inikah yang namanya capek dengan kemalasan
Keteledoran-keteledoran
Pengabaian-pengabaian
Terhadap waktu dan sisa hidupku 


Tubuhku tak merasa lelah
Inikah yang namanya nyaman dengan keloyoan
Samarnya ketakutan akan kematian
Hambarnya aroma-aroma pemberontakan
Lalau merasa baik-baik saja

Siapa kau yang sedang malas itu?
Siapa kau yang tubuhnya loyo itu?
Aku tak mengenalmu
Dan aku membencimu
Sudah kutusuk-tusuk kau dengan penaku
Tapi kau tak mati

Kakimu tak lagi bisa menari
Taganmu tak bisa lagi menyanyi
Kau cacat
Kau lemah
Kau sampah
Matilah di surga sana

Itu lho jalannya
Setelah sampai perempatan belok kiri
Terus sampai ada pertigaan lalu belok kanan
Terus saja lurus sampai jalannya habis
Kalau sudah sampai di ujung jalan
Kembali lagi ke sini
Kuburanmu sudah kusiapkan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Lain Ibu Pedagang

Malam itu malam yang sebenarnya tak ingin kulalui dengan hal yang merepotkan. Maksudku, jalan-jalan malam, dan ngopi, di sekitar Yogyakarta. Selepas acara, mereka mengajakku, awalnya aku tidak ingin ikut, malas tentunya, tapi aku lupa kenapa tiba-tiba aku ikut. Tempatnya tak jauh, tinggal jalan lurus kea rah timur, lalu sampai, di alun-alun.

Memungkinkan Gerakan Bersama Melawan Pembungkaman Kebebasan Pers

World Pers Freedom Day, Malang 3 Mei 2019 Melihat kekerasan terhadap wartawan dari tahun ke tahun begitu mencemaskan. Aliansi JurnalisIndependen (AJI) mencatat ada 81 kasus di tahun 2016, 66 kasus di tahun 2017, 64 kasus di tahun 2018. Entah berapa nanti jumlah kasus di tahun 2019, yang pasti selama januari sampai juni 2019, AJI mencatat ada 10 kasus kekerasan terhadap wartawan. Tentu kecemasan ini tidak dilihat dari jumlah kasusnya yang menurun, tapi dari tiadanya upaya yang konkrit dari pemerintah untuk mencegah dan menyelesaikan kasus kekerasan terhadap wartawan.

Tulisan Kematianku

Aku akan menulis tentang kematianku. Aku mati di depan kampusku, di pagi hari pukul tujuh lewat 40 detik, tanggal dua november 2019. Ketika menyeberang di jalan, aku ditabrak dan dilindas truk dua kali. Yang pertama ban depan, lalu disusul ban belakang. Sebagian isi perutku keluar. Tentu bersama darah yang tumpah jalan. Saking terkejutnya, bola mataku melotot seperti mau keluar. Yang kulihat waktu itu hanyalah truk yang terus semakin menjauh dariku. Lalu semua menjadi gelap.