Bunga Lonceng Biru |
Kutanyai kau lewat
udara diam, yang
Dirutuki gelisah
pada telapak
Tangannya yang kerap
mengayun
Ranting basah oleh
Air langit yang
sedang merindu aku.
Pagi tadi, saat
punggungku masih bersandar
Di keheningan
diam-diam
Kucari engkau di
cermin buram
Pantulan bayangan
wanita tua di sana
Menertawai dirinya
yang tak berhenti keluar air mata
Terkoyak apa-apa
yang ada
Di dalam rumah itu
Rumahku, mungkin.
Kesal, kubakari
kertas-kertas
Yang terakhir kau
baca dulu, lalu kau pergi
Sejak itu nyalar kudengar
teriakan
Dari bibirku yang
terkunci
Memanggilmu yang
rupanya tersesat diantara
Orang-orang
berpedang pena
Tak kujumpa kau
disana, sia-sia
Ku bisikkan selamat
tinggal pada senja
Surya menangis
mendekatiku
Menerangi lubang tak
berdasar di depanku
Kudapati kau
kedinginan dalam perigi buta,
Jiwaku.
Malang, 2018
*Puisi ini ditulis oleh seseorang yang tak ingin disebut namanya
Komentar
Posting Komentar