Langsung ke konten utama

Di Dalam Perigi Buta

Bunga Lonceng Biru

Kutanyai kau lewat udara diam, yang
Dirutuki gelisah pada telapak
Tangannya yang kerap mengayun
Ranting basah oleh
Air langit yang sedang merindu aku.

Pagi tadi, saat punggungku masih bersandar
Di keheningan diam-diam
Kucari engkau di cermin buram
Pantulan bayangan wanita tua di sana
Menertawai dirinya yang tak berhenti keluar air mata

Terkoyak apa-apa yang ada
Di dalam rumah itu
Rumahku, mungkin.
Kesal, kubakari kertas-kertas
Yang terakhir kau baca dulu, lalu kau pergi

Sejak itu nyalar kudengar teriakan
Dari bibirku yang terkunci
Memanggilmu yang rupanya tersesat diantara
Orang-orang berpedang pena
Tak kujumpa kau disana, sia-sia

Ku bisikkan selamat tinggal pada senja
Surya menangis mendekatiku
Menerangi lubang tak berdasar di depanku
Kudapati kau kedinginan dalam perigi buta,
Jiwaku.

Malang, 2018


*Puisi ini ditulis oleh seseorang yang tak ingin disebut namanya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Lain Ibu Pedagang

Malam itu malam yang sebenarnya tak ingin kulalui dengan hal yang merepotkan. Maksudku, jalan-jalan malam, dan ngopi, di sekitar Yogyakarta. Selepas acara, mereka mengajakku, awalnya aku tidak ingin ikut, malas tentunya, tapi aku lupa kenapa tiba-tiba aku ikut. Tempatnya tak jauh, tinggal jalan lurus kea rah timur, lalu sampai, di alun-alun.

Memungkinkan Gerakan Bersama Melawan Pembungkaman Kebebasan Pers

World Pers Freedom Day, Malang 3 Mei 2019 Melihat kekerasan terhadap wartawan dari tahun ke tahun begitu mencemaskan. Aliansi JurnalisIndependen (AJI) mencatat ada 81 kasus di tahun 2016, 66 kasus di tahun 2017, 64 kasus di tahun 2018. Entah berapa nanti jumlah kasus di tahun 2019, yang pasti selama januari sampai juni 2019, AJI mencatat ada 10 kasus kekerasan terhadap wartawan. Tentu kecemasan ini tidak dilihat dari jumlah kasusnya yang menurun, tapi dari tiadanya upaya yang konkrit dari pemerintah untuk mencegah dan menyelesaikan kasus kekerasan terhadap wartawan.

Tulisan Kematianku

Aku akan menulis tentang kematianku. Aku mati di depan kampusku, di pagi hari pukul tujuh lewat 40 detik, tanggal dua november 2019. Ketika menyeberang di jalan, aku ditabrak dan dilindas truk dua kali. Yang pertama ban depan, lalu disusul ban belakang. Sebagian isi perutku keluar. Tentu bersama darah yang tumpah jalan. Saking terkejutnya, bola mataku melotot seperti mau keluar. Yang kulihat waktu itu hanyalah truk yang terus semakin menjauh dariku. Lalu semua menjadi gelap.