Aku pernah menulis, kondisi
teman-temanku yang kurang bergairah untuk menulis adalah tantangan tersendiri
bagiku untuk membuat mereka menjadi (stidaknya) tertarik untuk menulis. Ya, dan
tantangan itu sedang kujalani sekarang. Dan, ternyata susahnya minta ampun.
Jatuh bangun semangatku dan tergores-gores batinku ketika membangun dasar
pondasi iklim tulis-menulis.
Di waktu yang sama aku
dihantam oleh keadaan teman-teman kadang malas, kadang tak menanggapi, bahkan
kadang memakiku. Jungkir balik aku menggunakan berbagai cara untuk mengajak
mereka menulis. Terpontang-panting kusediakan waktuku untuk berbagi tips
menulis. Kuotak-atik pikiran dan ucapanku supaya sesuai dengan gaya bicara
mereka. Yah, agak alay sih.tapi ya gitu, susah. Ampun deh.
Awalnya kususun konsep dasar
pondasi tulis menulis. Apa yang harus ditekankan, tentang verifikasi dan
kedalaman, bagaimana memahami peristiwa, bagaimana menguji data, mencari data
yang relevan, berkomunikasi dengan narasumber, menyusun pertanyaan, serta
menuliskan argumentasi yang kuat.
Lalu kujadwalkan waktu yang
efektif untuk mewujudkan iklim tulis menulis. Seminggu sekali rapat redaksi,
seminggu sekali diskusi isu, seminggu sekali latihan menulis. Sore-malam
berkumpul membahas tema apa yang mau ditulis serta memperdalamnya, ngopi
disertai pembicaraan tentang tulisan. Hmm…apalagi ya. Kemauan untuk komunikasi
yang intens dan menanamkan kepercayaan dengan sedikit motivasi, mungkin.
Lalu apa yang terjadi? Yaa,
yang terjadi masih aku yang sering sibuk dengan waktuku sendiri untuk menulis.
Karena pas diajak itu yang datang sedikit atau gak ada yang datang sendiri, ya
jadinya aku yang belajar sendiri. Bolak-balik liputan, wawancara, gali data,
transkrip wawancara, sampai menulis. Semua sendiri.
Nah, di saat seperti itu aku
sempat berhenti agak lama, menghela nafas dan minum kopi, sambil berpikir.
Kira-kira apa yang salah sih? Apa yang kurang? Benarkah ini masalah kemauan
saja? Tidak juga, ada beberapa dari temanku yang punya masalah pribadi di luar
tulis-menulis. Jadi tak bisa kusimpulkan ini masalah kemauan saja. Lalu
bagaimana? Apa ini soal caranya mengajak dan menarik perhatian untuk menulis?
Ya, kadang aku berpikir sudah
melakukan semua itu, tapi tetap saja, susah. Lalu aku sadar aku terlalu lama
menggunakan waktu untuk memikirkan semua ini, semua hal yang kuanggap ada
kesalahan-kesalahan. Kemudian aku menyia-nyiakan waktuku sendiri untuk menulis.
Apa yang awalnya aku inginkan
untuk membangun iklim tulis menulis malah menjadi bom waktu bagiku untuk terus
menundaku menulis. Hmm…susah ya. Jadi apakah aku harus terus menulis saja tanpa
mengajak teman-temanku? Tak semudah itu sepertinya, walaupun aku sering
memikirkannya juga.
Sepertinya, ada ketakutan
selain tak punya waktu menulis untuk diriku sendiri. Ketakutan itu adalah
ketika tidak ada iklim menulis, ketakutan ketika aku sendiri yang terus menulis
tapi teman-temanku kutinggalkan, ketakutan ketika tidak ada regenerasi semangat
maupun kemauan untuk menulis. Jadi kupilih untuk terus menulis, sambil
menngajak teman-temanku untuk menulis. Walaupun, lagi-lagi, ini sangatlah
susah. Jadi harus segera cepat cari solusi dan menjalankan sousinya.
Hmm…sebenarnya ada satu
pengalaman (baru-baru ini) yang begitu menjatuhkanku untuk terus berharap dan
menanam kepercayaan kepada teman-temanku untuk mengajak mereka menulis. Kemarin
aku berada dalam kondisi yang sangat memungkinkan untuk meninggalkan posisiku
sekarang. Ada beberapa orang yang mengharapkanku untuk membantu mereka. Maaf
ya, agak kurang jelas keterangan dari setiap apa yang ingin kuceritakan,
soalnya aku tak ingin menjelaskannya secara detail, hehe.
Nah dalam kondisi seperti itu,
beberapa dari teman-temanku mencegahku untuk pindah posisi. Ada yang bilang
masih membutuhkan, ada yang mengancam pergi juga kalau aku pindah posisi,
bahkan ada sampai yang memaki-makiku. Waah…benar-benar pusing waktu itu.
Sementara pihak lain juga menekanku dari berbagai arah untuk pindah posisi.
Mereka juga bilang tak perlu meninggalkan salah satu, tapi bisa jalan
kedua-duanya. Tentu itu kata-kata yang susah dipegang dan dipercaya
kebenarannya.
Lalu, kuputuskan untuk menolak
pindah posisi apapun yang terjadi. Alasannya karena aku memang tak tertarik
dari awal untuk pindah posisi, lalu aku ingin melakukan apapun yang kusuka, dan
aku juga masih harus melakukan sesuatu untuk menuntaskan apa yang aku mulai.
Mewujudkan iklim tulis menulis itu.
Sekarang belum jelas memang,
apa aku akan pindah posisi atau tidak. Ada satu masalah yang membuat keputusan
itu tertunda. Jadi punya jeda waktu untuk meredakan kepusingan.
Tapi apa yang terjadi ketika
aku sudah bilang tak akan mau pindah posisi? Teman-temanku masih saja kurang
bergairah untuk menulis, susah diajak kumpul, dan alin sebagainya. Ya memang
tak semua malas, ada beberapa yang mau ngumpul maupun menulis. Tapi dari awal memang
seperti itu. Ketika aku mengajak dan tidak begitu ada tanggapan. Aku merasakan
hal yang sama, de ja vu lah. Dan konsdisi ini yang aku maksud sebagai
kondisi yang begitu menjatuhkanku untuk
terus berharap dan menanam kepercayaan kepada teman-temanku.
Terus sekarang apa? Ya ngopi
lagi merenung, melihat apa yang salah, mencoba memperbaiki dan menulis lagi.
Setidaknya seperti yang kulakukan ini. Menulis pengalaman. Sebagai curahan
hati, pikiran, dan semangatku yang kadang redup. Mungkin ini sekedar catatan
kecil dari apa yang aku lakukan, apa yang aku ingin wujudkan, dan apa saja
supaya aku kelihatan konsiten menulis. Tapi, setidaknya, lagi, ini adalah bukti
kalau aku belum menyerah untuk saat ini. Kalau nanti? Ya, lihat sajalah.
JOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.cc
dewa-lotto.vip