Langsung ke konten utama

Aku dan Mereka


Orang-orang mengasingkanku, perlahan
Ada yang mencoba mengakrabiku
Walaupun sebenarnya ia tak benar-benar ingin memahamiku
Ada yang takut kehilangan aku
Walaupun tak menginginkan aku melakukan apa yang aku inginkan
Ada yang benar-benar meninggalkanku
Walaupun ia tak bisa melepas ketergantungannya padaku

Aku pun pergi, perlahan
Sambil berpura-pura mendekati mereka
Ada yang aku butuhkan dari mereka
Kadang cuma berharap, yang tak kubutuhkan itu tak ada
Di satu sisi aku mengagumi mereka
Dan disisi lain, aku membenci mereka

Aku menginginkan sesuatu
Ada sesuatu yang harus diselesaikan
Hanya dengan mendekati mereka
Aku bisa mewujudkan keinginanku
Mereka mampu menyadarkanku akan satu hal
Tapi mereka juga hampir tak bisa disadarkan, sama sekali
Mereka membawa harapan dan kekecewaan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Lain Ibu Pedagang

Malam itu malam yang sebenarnya tak ingin kulalui dengan hal yang merepotkan. Maksudku, jalan-jalan malam, dan ngopi, di sekitar Yogyakarta. Selepas acara, mereka mengajakku, awalnya aku tidak ingin ikut, malas tentunya, tapi aku lupa kenapa tiba-tiba aku ikut. Tempatnya tak jauh, tinggal jalan lurus kea rah timur, lalu sampai, di alun-alun.

Memungkinkan Gerakan Bersama Melawan Pembungkaman Kebebasan Pers

World Pers Freedom Day, Malang 3 Mei 2019 Melihat kekerasan terhadap wartawan dari tahun ke tahun begitu mencemaskan. Aliansi JurnalisIndependen (AJI) mencatat ada 81 kasus di tahun 2016, 66 kasus di tahun 2017, 64 kasus di tahun 2018. Entah berapa nanti jumlah kasus di tahun 2019, yang pasti selama januari sampai juni 2019, AJI mencatat ada 10 kasus kekerasan terhadap wartawan. Tentu kecemasan ini tidak dilihat dari jumlah kasusnya yang menurun, tapi dari tiadanya upaya yang konkrit dari pemerintah untuk mencegah dan menyelesaikan kasus kekerasan terhadap wartawan.

Tulisan Kematianku

Aku akan menulis tentang kematianku. Aku mati di depan kampusku, di pagi hari pukul tujuh lewat 40 detik, tanggal dua november 2019. Ketika menyeberang di jalan, aku ditabrak dan dilindas truk dua kali. Yang pertama ban depan, lalu disusul ban belakang. Sebagian isi perutku keluar. Tentu bersama darah yang tumpah jalan. Saking terkejutnya, bola mataku melotot seperti mau keluar. Yang kulihat waktu itu hanyalah truk yang terus semakin menjauh dariku. Lalu semua menjadi gelap.