Momen itu terulang kembali, rasa benci itu muncul
Kebencian yang bersemayam di dalam diriku, entah
dimana
Agaknya aku terlalu sombong dengan topeng yang aku
pakai
Dan aku agak lupa akan keberadaan si kebencian
Ia muncul lagi malam ini
Mungkin karena arogansi mereka, yang sepertinya juga
aku lupakan
Kata mereka aku harus begini, karena aku berada di
sini
Ini adalah tuntutan, aku harus mengayomi, tak bisa
diganggu gugat
Walaupun aku berkata aku tidak suka, mereka terus
memaksaku
Sakit rasanya dan masalah selesai, aku tak bicara
lagi, aku pergi
Tapi masalahnya memangtak selesai di situ, bagiku sih
Aku berpikir, aku bisa berkata hal lain yang lebih tak
mereka sukai
Tapi mengapa? Kenapa mereka tak tanya, mengapa aku
tidak suka?
Rasanya semakin sakit, aku hanya menulis, aku tak tahu
Masih berharap atau tidak, memang aku hanya bisa
menulis semua ini
Untuk apa? Lalu bagaimana?
Katanya memihak kesadaran nurani, lalu mengapa yang
terjadi pemaksaan?
Bukankah dengan itu dialektika menjadi gagal?
Bukankah kita harus memposisikan diri di situ?
Sebagai pengritik, sebagai pembela yang tertindas
Aku diam sejenak
Lalu keinginan untuk keluar sambil membenci pun muncul
Begitu saja
Mati, tak mati, tak merasa mati, mati
Komentar
Posting Komentar