Aku hinggap di tempat yang pengap
Di mana malam begitu indah dengan lampu lampu
Dan ramai orang-orang berfoto, bersenang-senang
Tapi para pedagang jajanan ketakutan
Matanya tajam memperhatikan semua orang yang lewat
Pembeli kah? Teman kah? Pamong praja kah?
Aku bernafas bersama rokok kretek
Di mana malam hampir sampai ke pagi
Pedagang itu berjalan sambil menenteng dagangannya
Pulang ke rumah, untuk istirahat
Ketakutan, kecapekan, senyuman, dan setiap hari
Aku ingat sedikit pembicaraanku dengan ibu pedagang
Katanya, ia sering dikejar pamong praja, karena jualan
Katanya, ia di datangi mahasiswa untuk bantu mengerjakan
ujian, lalu pergi
Katanya, ia disalahkan karena berdagang di tempat terlarang
itu, oleh mahasiswa juga
Katanya, ia sedang menyembunyikan kanker rahim stadium
empatnya, dengan senyuman
Aku masih ingat
Ibu itu punya tiga anak, bekerja mereka semua
Ibu itu masih saja bekerja, tak mau hanya menyusahkan
anak-anaknya
Ibu itu wini namanya, berdagang di bawah tiang, di seberang
jalan, di alun-alun yogyakarta
Aku sudah berkata padanya
Pemerintah tak mengayomi rakyatnya dengan baik, dan sepertinya
ia lebih tahu
Mahasiswa tak berada di pihaknya, dan sepertinya ia juga
lebih tahu
Ketimpangan terjadi di mana-mana, dan ia tahu
Tapi aku tak benar-benar mengenalnya, dan sepertinya ia juga
tak begitu mengenalku
Malam yang pengap memang
Komentar
Posting Komentar