Langsung ke konten utama

Jalan



Jika kau sedang berdiri di tengah jalan dan menghadap ke satu arah
Apakah kau akan berjalan?
Apakah kau akan lari?
Atau kau akan diam?


Sebelum kau memutuskan untuk berjalan, lari, atau diam
Apa yang kau lakukan?
Berpikir, bertanya, mengabaikannya?
Atau melakukan sesuatu yang tidak aku ketahui?

Aku  bertanya kepadamu karena ketika dulu aku berada di posisimu
Aku tidak dibuat tidak sempat untuk berpikir, bertanya, atau mengabaikannya
Oleh siapa?
Mungkin oleh orang yang di hadapanku
Mungin juga oleh orang yang memandangku dari cermin
Bahkan aku tidak tahu bahwa aku memiliki kesempatan
Untuk berkehendak

Aku ingin jawabanmu, tapi kau berhak untuk tidak menjawab
Karena kau adalah dirimu
Dan aku adalah orang yang dulu telah berjalan, berlari, dan diam
Tanpa kesadaran akan kehendak

Jadi aku bertanya kepadamu
Apa yang akan kau lakukan?
Dan kuberitahu kau satu hal
Aku adalah dirimu yang lain

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Lain Ibu Pedagang

Malam itu malam yang sebenarnya tak ingin kulalui dengan hal yang merepotkan. Maksudku, jalan-jalan malam, dan ngopi, di sekitar Yogyakarta. Selepas acara, mereka mengajakku, awalnya aku tidak ingin ikut, malas tentunya, tapi aku lupa kenapa tiba-tiba aku ikut. Tempatnya tak jauh, tinggal jalan lurus kea rah timur, lalu sampai, di alun-alun.

Pertanyaan tentang Tulisan

Apakah tulisan yang bagus itu adalah cerita yang ditulis dengan serius? Seperti apa kriteria tulisan yang bagus itu? Bagaimana jika ada sebuah tulisan yang ditulis dengan tanpa serius sama sekali, tapi itu bagus ketika dibaca? Ya, pada akhirnya tergantung apa yang ia tulis, kan? Bagus atau tidaknya itu tergantung memakai pandangan siapa.

Sajak-Sajak Minoritas

Di Masjid yang kau hancurkan Foto: Fatikh Sepotong inspirasi terlukis di dalam hati. Ia menuntun kami ke narasi lain jalan hidup ini. Membentuk cerita-cerita baru untuk kisah-kisah besar yang lama. Hanya narasi lain saja. Kami tetap berpegang teguh pada keyakinan yang Esa. Tetap menjalin harmoni tanpa kekerasan. Menolong sesama, dengan nurani sebagai obatnya. Narasi lain itu berasal dari ketekunan asketis menahan nafsu, membaca buku, dalam sunyi. Lalu kami meneguhkan hati untuk mencintai semuanya, dan tidak membenci siapapun. Love for all, hatred for none .