Langsung ke konten utama

Cantik



Dan kuteguhkan diriku untuk mencari sebuah kecantikan
Kecantikan yang menancapkan pijakannya ke bumi ketika badai
Kecantikan yang kakinya menari melawan arus deras sungai
Kecantikan yang pergi ke dalam kobaran api untuk menyiram setangkai bunga


Aku tak ingin menyaksikan kecantikan yang mendua
Kecantikan palsu yang ditampakkan sebagai topeng kemunafikan
Kecantikan yang mengabdi kepada yang tak benar-benar ia tahu namanya
Kecantikan ketika kematian yang lain diamaknai sebagai anugrerah nafasnya

Jika kecantikan yang aku cari benar adanya, maka aku akan berteperang dengannya
Akan kuhajar kecantikan itu sampai dia tak bisa berdiri lagi
Akan kuterima semua serangannya dan aku hajar lagi
Akan kupertaruhkan nyawaku untuk kecantikan yang mampu membunuhku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Lain Ibu Pedagang

Malam itu malam yang sebenarnya tak ingin kulalui dengan hal yang merepotkan. Maksudku, jalan-jalan malam, dan ngopi, di sekitar Yogyakarta. Selepas acara, mereka mengajakku, awalnya aku tidak ingin ikut, malas tentunya, tapi aku lupa kenapa tiba-tiba aku ikut. Tempatnya tak jauh, tinggal jalan lurus kea rah timur, lalu sampai, di alun-alun.

Memungkinkan Gerakan Bersama Melawan Pembungkaman Kebebasan Pers

World Pers Freedom Day, Malang 3 Mei 2019 Melihat kekerasan terhadap wartawan dari tahun ke tahun begitu mencemaskan. Aliansi JurnalisIndependen (AJI) mencatat ada 81 kasus di tahun 2016, 66 kasus di tahun 2017, 64 kasus di tahun 2018. Entah berapa nanti jumlah kasus di tahun 2019, yang pasti selama januari sampai juni 2019, AJI mencatat ada 10 kasus kekerasan terhadap wartawan. Tentu kecemasan ini tidak dilihat dari jumlah kasusnya yang menurun, tapi dari tiadanya upaya yang konkrit dari pemerintah untuk mencegah dan menyelesaikan kasus kekerasan terhadap wartawan.

Tulisan Kematianku

Aku akan menulis tentang kematianku. Aku mati di depan kampusku, di pagi hari pukul tujuh lewat 40 detik, tanggal dua november 2019. Ketika menyeberang di jalan, aku ditabrak dan dilindas truk dua kali. Yang pertama ban depan, lalu disusul ban belakang. Sebagian isi perutku keluar. Tentu bersama darah yang tumpah jalan. Saking terkejutnya, bola mataku melotot seperti mau keluar. Yang kulihat waktu itu hanyalah truk yang terus semakin menjauh dariku. Lalu semua menjadi gelap.